30 September 2009

Mencoba Beranalogi (Lagi)..


Rumah.
Ya, kini aku memiliki sebuah rumah. Rumah yang kecil, sangat sederhana, namun sangat nyaman. Aku mulai masuk ke dalam rumah itu. Nyaman. Rumah yang menjadi tempat tinggalku. Berteduh dari panas dan hujan. Sebuah rumah yang dengan setia menemaniku dalam setiap kegiatanku. Sebuah rumah yang menjadi pelindungku, yang memberiku rasa nyaman untuk melakukan apapun di sana..

Rumahku.
Satu tahun.
Dua tahun.
Tiga tahun.
Masih nyaman ditempati.
Memasuki tahun keempat, rumahku semakin lama semakin rapuh. Tapi aku tak mau meninggalkannya. Selama aku nyaman di rumah ini, aku tak mau membelii rumah yang baru. Rumah ini sudah menemaniku selama bertahun-tahun. Melindungiku. Walau sederhana, aku nyaman tinggal di sini. Tapi, tanpa kuduga ada orang lain yang ingin membeli rumah ini. Dan aku rasa, rumah ini akan lebih terawat lagi jika aku memberikan pada calon pembeli ini. Seorang gadis cantik dengan daya magnet dalam tubuhnya. Akhirnya aku menyerah, dan memberikan rumahku kepadanya. Dari kejauhan aku melihat rumahku seakan tersenyum menyambut pemilik barunya.

Aku merasa berat pergi dari rumah itu, akan tetapi aku harus. Aku pun terus berkelana, mencari rumah baru yang bisa aku tempati. Sebuah rumah yang juga sederhana menarik perhaatianku. Akan tetapi, untuk dapat tinggal di rumah itu, aku harus memperebutkannya dengan calon pembeli yang lain. Ada seorang gadis sebayaku yang juga ingin tinggal di rumah itu. Aku terus berusaha dengan berbagai macam cara untuk bisa tinggal di rumah itu. Dan pada akhirnya aku kalah. Aku tak bisa tinggal di rumah itu, meskipun aku tahu aku sangat menginginkannya.

Dan aku terus berjalan.
Ada banyak rumah kutemui, rumah-rumah tersebut menawarkanku untuk tinggal di dalamnya. Akan tetapi, aku tidak mau. Aku masih menginginkan rumah sederhana yang tak mampu kudapatkan itu. Aku sangat ingin tinggal di sana dan mendapatkan kenyamanan di dalamnya. Akan tetapi aku tak dapat masuk. Aku hanya berjalan, dan terus berjalan. Melewati tujuh rumah yang memanggil-manggil namaku. Aku bisa saja masuk ke dalam salah satu rumah tersebut. Tapi aku tak mau. Aku tak mau memaksakan masuk ke dalam rumah yang aku tidak nyaman. Aku hanya ingin rumah yang kalah kuperebutkan tadi. Sebuah rumah yang sederhana dan menimbulkan kenyamanan.

Hingga kini aku terus berjalan.
Mencari rumah yang dapat kusinggahi dengan nyaman.. Aku mencari dan terus mencari di tengah padatnya kota.. Menolak banyak rumah, mencari rumah yang senyaman rumah yang kuperebutkan itu. Tapi aku tak boleh selamanya begitu. Aku sudah tak mampu mendapatkan rumah itu, aku akan mencari rumah lain yang nyaman, dalam perjalanan hidupku ini.

Aku terus berjalan, berharap menemukan rumah yang nyaman untukku..

0 comment:

Post a Comment