30 September 2009

Sekarang

Waktu, dan Cinta.


Namaku Mia, 17 tahun.
Aku ingin Tuhan menghentikan waktu.. Hari ini. Aku tak ingin ada esok pagi. Aku tak siap menghadapi esok. Aku ingin hari ini berjalan lebih lama dari biasanya. Aku ingin hari ini berjalan 50 jam lamanya, bukan hanya 24 jam.. Aku ingin hari ini menjadi hari yang panjang. Aku ingin terus berjalan, dengan ujung yang masih jauh di depan sana. Tapi semakin aku berjalan, ujung itu semakin dekat, pertanda sebentar lagi waktuku akan habis. Aku ingin berhenti, tapi tak bisa. Kakiku terus berjalan mendekati ujung itu..
Aku ingin semuanya terhenti sekarang..
24 jam sebelum sekarang.
Aku masih belum bisa tertidur. Masih memandang seraut wajah yang hanya bisa aku lihat melalui layar laptopku. Memikirkan dia, yang jauh dari aku.. Aku sangat menyayanginya. Namun malam itu, aku mendadak berubah seperti anak kecil. Menyimpan cemburu terhadap sesuatu yang tak pantas untuk aku cemburui. Membuyarkan semua mood baik yang dia miliki, hingga akhirnya ia menghilang dari layar laptopku. Dan tak ada kabar hingga 8 jam ke depan. Ia mungkin telah tertidur, lelah menghadapi hari-harinya. Dan juga bertambah lelah dengan sikap kekanak-kanakanku. Aku hanya bisa meminta maaf, dan berjanji dalam hati untuk tidak bersikap seperti itu lagi.
16 jam sebelum sekarang.
Aku mengirimkan sms selamat pagi kepadanya, berharap keadaannya telah membaik, dan kembali menyapaku dengan kegembiraannya. Aku bersyukur bahwa dia dewasa. Dia tidak memperpanjang masalah tadi malam. Sms yang datang dari nomornya, membuatku sangat lega. Kangen. Aku pun merasakan hal yang sama dengannya. Kami berkomunikasi sebentar, dan kemudian larut dalam kesibukan sendiri-sendiri.
10 jam sebelum sekarang.
Nokia Tunes dan getar di handphoneku. Kulihat namanya di layar handphone. Segera aku mengangkat telepon itu, dan aku mendengar suaranya. Ya, suara yang selama ini ingin kudengar. Aku merasa sangat ingin menemuinya. Mendengarkan ia bicara secara langsung. Menyentuh tubuhnya saat ia ada di sampingku. Aku ingin semuanya nyata.. Aku sangat ingin. Tapi jarak menghalanginya. Aku hanya bisa mendengarkan suaranya melalui handphone yang aku pegang saat ini. Pembicaraan singkat siang itu, justru membuatku semakin menginginkan dia ada di sini.
7 jam sebelum sekarang.
Aku masih menatap layar laptopku ketika tiba-tiba sebuah sapaan darinya mengejutkanku. Ternyata dia juga sedang berada di depan layar laptopnya. Wajahnya muncul di layar, membuatku tersenyum dan justru semakin menginginkan dia untuk berada di sini. Dia juga ingin melihatku di layarnya. Aku pun tersenyum dan segera mengaktifkan webcamku. Kini ia bisa melihatku, dan aku juga bisa melihatnya. Walaupun hanya dari sebuah layar. Namun aku sangat senang. Dan berharap suatu saat aku bisa bertemu langsung dengannya.
6 jam sebelum sekarang.
Aku meneleponnya. Mendengarkan suaranya. Kita bercerita, dan kemudian terputus. Aku tak lagi mendengar suaranya.
3 jam sebelum sekarang.
Aku kembali meneleponnya. Mendengar suaranya lagi. Membuatku semakin tidak siap menghadapi hari esok. Sebentar lagi kebebasannya akan hilang. Sebentar lagi padatnya kegiatan akan mengisi hari-harinya. Aku semakin tidak siap. Semakin aku mendengar suaranya, semakin membuatku ingin menghentikan waktu. Tapi aku ingin terus mendengarkan suaranya. Aku ingin terus dapat mendengarkan suara itu kapanpun aku mau. Tapi waktuku tidak banyak. 3 jam lagi, keadaannya akan berubah. Dan aku belum siap.
2 jam sebelum sekarang.
Aku terus mengontaknya melalui pesan teks. Sekedar ingin tahu keadaannya. Ia telah berangkat menuju tempat di mana ia akan berada.
1 jam sebelum sekarang.
Ia sampai di tempat itu. Aku meneleponnya, hanya untuk memastikan keadaannya. Aku tahu ia baik-baik saja. Aku semakin ingin menghentikan waktu.
Sekarang.
Tak ada kabar apapun darinya. Handphoneku sepi. Layar laptopku sepi. aku hanya duduk dan menunggu. Kangen.
30 menit setelah sekarang.
Sebuah sms mengejutkanku. Dia. Memberi kabar. Jantungku serasa mau copot. dia masih bisa memberi kabar. Aku segera meneleponnya. 30 menit, waktu yang cukup lama untuk menelepon. Namun, aku merasa waktu itu sangat kurang. Itu adalah terakhir kali aku mendengar suaranya. Membuat kangenku semakin menjadi, dan segera ingin menemuinya. Aku harap aku akan segera bisa menemuinya secara langsung. Melepas kangen yang selama ini aku rasakan.
1 jam setelah sekarang.
Ia telah tertidur, ia akan bersiap menghadapi esok hari. Aku masih ada di depan laptopku. Sepi. Handphoneku sepi. Kangen itu kembali datang, yang aku pun tak tahu kenapa ia datang. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur.
7 jam setelah sekarang.
Aku terbangun. Melihat ke handphoneku. Satu jam yang lalu, ia mengirimiku pesan singkat. Mengabari ia akan segera melaksanakan kegiatannya di sana. Dan berkata ia kangen padaku. Aku hanya tersenyum, mengirimkan balasan dari sms itu. Dan menunggu balasan darinya datang. Entah kapan. Kapanpun itu, aku akan menunggunya. Karena aku menyayanginya. Dan aku akan bertahan di sini untuk dia. Aku sangat menyayangi dia.
Satu pesan yang kuingat dari dia, Tuhan.
“Thanks for being my girlfriend, survive there for me! Love you”
Sebuah pesan singkat yang menyemangati hari-hariku. Aku memang sendirian di sini, tanpanya. Namun aku tahu, jauh di sana, dia menyayangiku. Aku tahu aku juga menyayanginya. Aku tahu kami berdua saling menyayangi. Dan aku, berjanji, I will survive for him. Aku akan setia kepadanya, menjalani hari-hariku dengan semangat yang ia berikan. Karena aku tahu aku menyayanginya. Dan aku akan siap menghadapi hari esok. Karena aku akan segera menemuinya tak lama lagi.. Aku, sayang kamu.

Especially for You..

Buat Kamu, yang Jauh Disana.

"Especially for you.
I wanna let you know what I was going through.
All the time we were apart I thought of you.
You were in my heart, my love never change.
I still feel the same.

Especially for you.
I wanna tell you I was feeling that way too.
And if dreams were wings, you know
I would have flown to you to be where you are.
No matter how far and now that I'm next to you.

No more dreaming about tomorrow.
Forget the loneliness, and the sorrow.
I've got to say it's all because of you.

And now were back together, together.
I wanna show you my heart is oh so true.
And all the love I have is especially for you.

Especially for you.
I wanna tell you, you mean all the world to me.
How I'm certain that our love was meant to be.
You changed my life, you showed me the way.
And now that I'm next to you.

I've waited long enough to find you.
I wanna put all the hurt behind you.
And I wanna bring out all the love inside you.

And now were back together, together.
I wanna show you my heart is oh so true.
And all the love I have is especially for you.

You were in my heart, my love never change.
And now that I'm next to you.

No more dreaming about tomorrow.
Forget the loneliness, and the sorrow.
I've got to say it's all because of you.

And now were back together, together.
I wanna show you my heart is oh so true.
And all the love I have is especially for you.

Together, together.
I wanna show you my heart is oh so true.
And all the love I have is especially for you"

    Hari ini telah tiba juga. Hari dimana aku gak bisa lagi bebas berhubungan sama kamu lagi. Hari di mana kamu udah punya seabrek aktivitas yang aku sendiri gak bisa menyemangati kamu secara langsung. Hari di mana aku bakalan kangen banget sama kamu.. Hari di mana kamu bakalan "jauh" dari aku. Pokoknya, hari di mana kamu itu bener-bener bakal bikin aku kangen. Hari ini dateng, dan aku gak ngerti apa yang harus aku lakuin. Untungnya, gak seburuk yang aku kira. Tadi malem kamu masih bisa telfon aku, pagi ini kamu masih sempet beberapa kali sms aku buat ngasih kabar. Aku seneng, kamu masih inget sama aku :) Aku pikir, bakal susah buat kamu pegang handphone dan ngasih kabar. Ternyata enggak. Kamu masih sempet-sempetin ngabarin aku. Makasih ya :)
    Aku harus siap buat jalanin hari ini, dan ke depannya juga. Aku tau itu gak gampang. Tapi aku bakalan coba buat kamu. Yah, mungkin kamu bilang kalo aku di sini bisa bebas selingkuh lah, atau apa lah. Ya terserah kamu aja kalo mau ngomong gitu. Yang jelas, aku gak bakal kayak gitu. Aku udah mutusin buat menjalin hubungan sama kamu, dan itu berarti aku udah siap nerima semua konsekuensinya. Konsekuensi pacaran sama kamu, repot. Hehehe. Tapi, i'll survive deh. Aku yakin aku bakal kuat kok. Ini emang long distance relationship pertama buat aku, tapi aku yakin aku bisa.. Aku bakal bertahan buat kamu.
    Yah ini masih hari pertama. Masih belum terlalu berat. Karena aku gak tau juga bakal kayak apa hari-hari berikutnya. Yah aku sih sejauh ini cukup senang. Aku masih bisa telfon kamu di sela-sela waktu kosong. Yah, sepanjang hari ini, aku senang kamu ada kabar.. :) Aku tahu hari ini kamu capek banget, aku pengen banget ada di deket kamu, nyemangatin kamu, tapi aku gak bisa :( Aku cuma bisa nunjukin perhatian lewat sms, telfon. Aku gak bisa ngasih semangat secara langsung. Tapi aku yakin, suatu saat nanti kita bisa ngrasain itu. Kayak yang kamu bilang: "suatu saat nanti kita bisa lebih ngrasain pacaran dari orang yang sekarang mbojo". Aku yakin suatu saat nanti akan terjadi. Kamu, dan aku. Aku sekarang gak bisa ngapa-ngapain, aku cuma bisa bilang kalau aku, sayang sama kamu :)

Mencoba Beranalogi (Lagi)..


Rumah.
Ya, kini aku memiliki sebuah rumah. Rumah yang kecil, sangat sederhana, namun sangat nyaman. Aku mulai masuk ke dalam rumah itu. Nyaman. Rumah yang menjadi tempat tinggalku. Berteduh dari panas dan hujan. Sebuah rumah yang dengan setia menemaniku dalam setiap kegiatanku. Sebuah rumah yang menjadi pelindungku, yang memberiku rasa nyaman untuk melakukan apapun di sana..

Rumahku.
Satu tahun.
Dua tahun.
Tiga tahun.
Masih nyaman ditempati.
Memasuki tahun keempat, rumahku semakin lama semakin rapuh. Tapi aku tak mau meninggalkannya. Selama aku nyaman di rumah ini, aku tak mau membelii rumah yang baru. Rumah ini sudah menemaniku selama bertahun-tahun. Melindungiku. Walau sederhana, aku nyaman tinggal di sini. Tapi, tanpa kuduga ada orang lain yang ingin membeli rumah ini. Dan aku rasa, rumah ini akan lebih terawat lagi jika aku memberikan pada calon pembeli ini. Seorang gadis cantik dengan daya magnet dalam tubuhnya. Akhirnya aku menyerah, dan memberikan rumahku kepadanya. Dari kejauhan aku melihat rumahku seakan tersenyum menyambut pemilik barunya.

Aku merasa berat pergi dari rumah itu, akan tetapi aku harus. Aku pun terus berkelana, mencari rumah baru yang bisa aku tempati. Sebuah rumah yang juga sederhana menarik perhaatianku. Akan tetapi, untuk dapat tinggal di rumah itu, aku harus memperebutkannya dengan calon pembeli yang lain. Ada seorang gadis sebayaku yang juga ingin tinggal di rumah itu. Aku terus berusaha dengan berbagai macam cara untuk bisa tinggal di rumah itu. Dan pada akhirnya aku kalah. Aku tak bisa tinggal di rumah itu, meskipun aku tahu aku sangat menginginkannya.

Dan aku terus berjalan.
Ada banyak rumah kutemui, rumah-rumah tersebut menawarkanku untuk tinggal di dalamnya. Akan tetapi, aku tidak mau. Aku masih menginginkan rumah sederhana yang tak mampu kudapatkan itu. Aku sangat ingin tinggal di sana dan mendapatkan kenyamanan di dalamnya. Akan tetapi aku tak dapat masuk. Aku hanya berjalan, dan terus berjalan. Melewati tujuh rumah yang memanggil-manggil namaku. Aku bisa saja masuk ke dalam salah satu rumah tersebut. Tapi aku tak mau. Aku tak mau memaksakan masuk ke dalam rumah yang aku tidak nyaman. Aku hanya ingin rumah yang kalah kuperebutkan tadi. Sebuah rumah yang sederhana dan menimbulkan kenyamanan.

Hingga kini aku terus berjalan.
Mencari rumah yang dapat kusinggahi dengan nyaman.. Aku mencari dan terus mencari di tengah padatnya kota.. Menolak banyak rumah, mencari rumah yang senyaman rumah yang kuperebutkan itu. Tapi aku tak boleh selamanya begitu. Aku sudah tak mampu mendapatkan rumah itu, aku akan mencari rumah lain yang nyaman, dalam perjalanan hidupku ini.

Aku terus berjalan, berharap menemukan rumah yang nyaman untukku..

26 September 2009

Mencoba Beranalogi

Aku masih terduduk di depan sebuah gerbang, gerbang yang tinggi. 



Rasa lelah yang menderaku membuatku tak mampu lagi berdiri. Tanganku meraih gerbang itu. Mencoba untuk bangkit, namun sulit. Cat keemasan pada gerbang itu menyilaukanku. Membuatku ingin sekali menembusnya. Masuk ke dalamnya. Dari balik gerbang itu kulihat seorang pria dengan jas hitam dan celana kain hitam. Ia mengenakan sebuah kacamata berframe hitam dan tebal. Kurasa, ia masih seumuran denganku. Tangan kirinya memegang sebuah kunci berwarna emas. Dan tangan kanannya ia letakkan pada pinggangnya. Ia sedang memandangku dari balik gerbang ini. Ia tidak tampan, namun hatiku merasakan sebuah getaran yang aku pun tak tahu getaran apa itu..


Perlahan pria itu mendekat. Semakin lama semakin dekat. Kurapikan gaun putihku yang telah kotor oleh debu. Kurapikan rambutku dalam menyambut kedatangannya. Sekali lagi tanganku meraih gerbang, berusaha berdiri, namun sulit. aku merasa kakiku tak mampu lagi menyangga tubuhku. Hingga akhirnya pria itu telah berdiri persis di belakang gerbang, menatapku. Aku dapat melihat dengan jelas mata hangat itu dari balik kacamatanya. Ia mengucapkan kata-kata yang bahkan tak aku mengerti apa maksudnya. Aku hanya mampu menggeleng lemah. Ia menatapku dalam, kemudian membuka gerbang itu dengan kunci yang ia pegang di tangan kirinya tadi. Ia berjalan keluar gerbang, mendekatiku dan mengulurkan tangannya. Ingin sekali kuraih tangan itu. Belum sempat aku meraihnya, seorang wanita muncul dan berdiri di samping pria itu. Aku mengurungkan niatku untuk meraih tangan si pria dan memilih untuk menunduk dan memilin gaunku. Wanita itu, aku merasakan sebuah ketakutan kepadanya. Wajahnya canntik, kulitnya kuning. Ia mengenakan sebuah gaun berwarna hitam panjang, dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam. Wajahnya menatapku bengis, dan berkata dalam bahasa asing terhadap pria itu. Dan tak lama, mereka berdua masuk ke dalam.


Pria itu berjalan menjauhiku, namun matanya terus menatapku.. ia menoleh terus ke arahku, seakan tak mau melepasku dari pandangannya. Dan tak lama, ia pun menghilang masuk ke dalam rumah. Aku terhenyak.. Aku terlalu lemah untuk berdiri. Aku memandang jendela, di sana nampak wajah pria itu. Matanya terus menatapku di balik kacamatanya. Aku hanya bisa memandangnya. Memandang mata teduh di balik kacamata itu.. Mungkin aku terlalu lemah untuk berdiri dan mencoba menghampirinya, namun, di dalam hatiku, aku tahu, pria itu merasakan juga apa yang aku rasakan.. Cinta..

25 September 2009

When Finally It's True..

Well,
I don't know how to start this story. It was my experience and I don't know why it comes to me since 72 hours ago. I miss someone. Okay, maybe you can say that i don't have a boyfriend, so who i missed at? And I just keep the answer in my mouth. I can't say who I missed, but in fact, I really miss him.

I have known him for a long time. My friend. And i don't know why i miss him. He just makes me feel so warm, and comfortable. In every words he said, makes me feel that he can makes me feel happy. I just.. feel comfortable with him..

I can't say anything yet now, i can't express it now, but i'll be waiting for the right time to come :)

To Love, or to be Loved

"Ini sebuah permainan. Permainan dua orang atau lebih. Aku di tengah. Ada satu benang merah yang mengaitkan kita. Aku akan menunggu hingga benang merah itu putus, dan aku akan melihat siapa yang mampu kudapatkan"

Gila. Baru kali ini aku berhadapan dengan sebuah keadaan yang benar-benar menekanku. Aku, mencintai mereka. Dua orang yang sangat sulit untuk aku pilih. Aku berada dalam sebuah keadaan di mana aku mencintai seseorang, namun ada orang lain juga yang menungguku. Aku tak pernah tahu apa yang harus aku lakukan. Aku merasa aku masuk ke dalam sebuah permainan, hingga akhirnya aku terus mengikuti alur permainan itu, alur permainan yang kubuat dan kupikirkan sendiri..

Aku stuck. Aku tak dapat berpikir lagi. Aku harus memilih. Memilih apakah aku akan mencintai atau dicintai. Aku ingin dicintai, tapi aku tak bisa berbohong bahwa aku lebih ingin dicintai oleh orang yang mencintaiku. Dan aku memilih mencintai..

Perih. Ketika aku melihat dia terdiam. Tak mampu berkata apa-apa. Selama ini aku memang memberikan harapan kepadanya, karena aku tak mau kehilangan dia. Akan tetapi, nampaknya dia juga sangat berharap kepadaku. Sebenarnya aku tak mau menyakitinya. Aku ingin dia bisa berbahagia bersama orang lain, Aku ingin dia dicintai oleh orang yang mencintainya lebih dari aku. Dia bisa mendapatkan orang lain yang jauh lebih baik dari aku.

Aku, memilih mencintai. Dan ternyata yang ku dapatkan juga perih. Aku telah salah. Tapi aku tetap masih menyimpan sedikit cinta untuk dia, yang kucintai. Aku tahu saat ini aku tak bisa mendapatkannya. Namun aku juga tak mau kembali pada dia, yang mencintaiku.. Semuanya hanyalah semu..

Akhir permainan itu, aku kembali sendiri. Menunggu. Sesuatu yang tidak akan pernah datang secara pasti. Dan kini aku tak ada hasrat untuk mencinta lagi.. Mungkin hatiku masih miliknya..


*this is NOT my personal experience, but my friend's. I do love this story, the complicated love story ever, like this :) but i hope this experience will not come to me.. Because i believe that i just loving one person and it's him :)*

Past, Just Let it Passed..

Setiap orang pasti pernah ngalamin masa lalu. Bisa baik, bisa juga buruk. Masa lalu, bagi sebagian orang bisa berarti kebanggaan. Bisa berarti kenangan pahit. Bisa berarti sebuah ingatan yang cepat hilang, bisa berarti pula ingatan yang tak lekang oleh waktu. Tapi buat aku, masa lalu itu sebuah kotak...

Kotak.
Memori.
Sebuah kotak di mana kita menyimpan memori yang pernah terjadi. Senang, sedih, bahagia, takut, emosi, trauma, semuanya menjadi satu dalam sebuah kotak. Sebuah kotak di mana semua rasa kita tumpahkan, sebuah kotak di mana semua kenangan dikubur. Sebuah kotak rahasia. Kotak yang misterius, pribadi, dan dalam.

Buat aku, kotak itu tak akan pernah kubuka lagi. Seringkali, karena suatu kejadian pada saat ini, kotak itu terbuka sendiri. Sepertinya sudah kelebihan muatan. Seringkali apa yang ada dalam kotak itu kembali mencuat keluar. Dan jika hal itu terjadi, tugasku adalah memungutinya kembali, dan membuangnya menjauhi kotakku. Karena aku tak pernah ingin benda itu kembali lagi memasuki kotakku. Kotakku, aku yang mengatur. Aku boleh memasukkan apapun di dalamnya selama aku mau..

Masa lalu yang ada dalam kotakku, seringkali tak dapat aku kontrol. Terlalu banyak hal pahit. Terlalu banyak pula hal gembira. Kadang ketika aku sudah mampu menutup rapat kotakku, ada orang lain yang datang dan dengan isengnya membuka kotakku. Terpaksa akuu harus tertatih memungutinya satu demi satu, dan pilihanku adalah untuk membuang atau memasukkannya kembali...

Dia.
Bagian dari masa laluku.
Bagian dari isi kotakku.
Aku tak tahu mengapa ia masih ingin masuk ke dalam kotakku.. Setelah semua yang dia lakukan, dia terus meronta untuk masuk kembali ke dalam kotakku. Aku telah membuangnya jauh dari kotakku, tapi dia datang kembali, membuka kotakku, dan memaksa dirinya untuk masuk. Berkali-kali aku mencoba membuangnya, namun dia terus meronta masuk ke dalam kotakku, dan akhirnya aku mengalah dan menyembunyikannya ke bagian yang paling tak terlihat dalam kotakku, agar aku tak melihatnya lagi. Dan akuu berhasil..

Masa lalu.
Biarlah berlalu.
Biarlah menjadi bagian dari kehidupanku di belakang.
Biarlah masa lalu menjadi suatu sejarah, aku hanya ingin masa lalu itu pergi.

Masa depan.
Yang aku tunggu.
Dia telah datang, yang bahkan tak pernah kusangka..
Aku suka memandang masa depanku. Buat aku masa depan itu seperti melukis. Kita hanya menggoreskan kuas di atas sebuah kanvas, terus menggoreskannya tanpa kita tahu akan jadi seperti apa lukisan kita itu. Bisa jadi bagus, bisa pula jelek, tergantung kepada bagaimana cara kita melukisnya..

Dan aku hanya ingin menjalani masa depan. Yang telah datang tanpa kuduga..


Past, just let it passed..
Future, it will create a feature in our life..

Just trust and believe that we can do something extraordinary without thinking about the past :)

15 September 2009

This Night Reflection

Gak tau kenapa malam ini aku rasanya lagi pengen mellow. Tanpa alasan. Mata gak bisa tidur. Mungkin juga ditambah dengan lagu-lagu cinta yang terus saja mengalun membabi buta.

Malam ini udara panas sekali.. Dan aku pun masih merenungi nasib. Bukan karena kesendirianku, tetapi karena ketidaksanggupanku menghadapi kesendirianku. Aku gak mau munafik, aku butuh seseorang yang bisa care sama aku. Sayang sama aku. Beberapa bulan yang lalu aku merasa aku telah mendapatkan sosok yang tepat. Namun ternyata hubungan tersebut tak dapat kupertahankan lagi, dan perlahan rasa nyaman yang ada perlahan sirna dan berubah menjadi kesendirian.

Tak berapa lama setelah itu hatiku kembali terisi. Perlahan kebahagiaan mulai mengisi rongga hatiku. Namun tiba-tiba perih. Ternyata itu hanyalah sebuah permainan, dan bodohnya lagi kuanggap serius. Aku terangkat dan kemudian terhempas dengan keras. Sakit. Lebih sakit dari yang pernah kamu bayangkan. Dan aku mencoba membuka hati pada orang lain, namun justru aku masuk ke dalam lubang yang sama. Perihh.

Aku sadar, saat ini aku sedang bertahan sendiri. Aku harus bisa. Aku tak mau terjebak dalam kisah masa laluku yang suram lagi. Aku harus menapaki hari hari baru sedikit demi sedikit, langkah demi langkah. Aku yakin aku bisa.

Tapi aku tak mau menyangkal pula, aku membutuhkan seseorang yang mampu memberiku semangat, yang selalu tersenyum ketika aku menangis, yang selalu mengulurkan tanganku ketika aku terjatuh. Aku membutuhkan sosok seperti itu. Yang mau berjalan beriringan bersama di sampingku, bukan di depanku atau di belakangku.

Aku yakin suatu saat aku akan menemukannya.

I just miss that beautiful time. Having someone cares of me.. Actually, i don't wanna hypocrite, i need a shoulder to rest, and an arms to hold me..

Coretan Tak Bermutu

Aku tahu.. aku gak pantes ngomong soal cinta. Bukan bidangku. Karena pada kenyataannya, aku selalu saja tersakiti oleh cinta. Yah sebenarnya klise. Dan kalau ngomong soal cinta, selalu saja aku dikira melankolis lah, apa lah, apa lah. Dan rasanya sangat malaaass.

Tapi kali ini aku memiliki pengalaman cinta yang sangat membuatku muak dan rasanya pengen escape dari dunia. Perasaan abstrak tak menentu yang kemudian mengacaukan sistem kerja otak.

Mulanya aku terjebak dalam sebuah permainan. Dan setiap permainan memiliki pemain cadangan. Dan akulah pemain cadangan itu. Sakit yang aku rasa saat itu membuat aku lebih berhati-hati dalam memilih.

Seperti yang sudah aku ungkapkan, memilih bukanlah hal mudah. Dan karena itu pula aku memutuskan untuk lebih berhati-hati.

Malam ini semua yang aku rasakan campur aduk. Senang, sedih, ekspresi marah, semuanya menjadi satu. Entah mengapa tiba-tiba semuanya kembali. Aku hanya butuh netral.

14 September 2009

PILIHAN

Oke, ngomong soal pilihan, sebenernya aku udah gak mau bicara panjang lebar. Tiap orang pasti udah kenal banget sama yang namanya pilihan. Tiap hari memang orang diharuskan memilih. Seperti kata orang bijak, bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Tanpa pilihan hidup akan datar dan tak berwarna.

Hal yang paling sederhana adalah ketika manusia dihadapkan pada dua pilihan. Sesederhana itukah? Ternyata tidak. Hanya dua pilihan bukan berarti memudahkan seseorang dalam menentukan pilihan yang ia hadapi. Aku sangat terhenyak dan setuju dengan quote seorang temanku. Namanya Pandhu. Dia pernah menulis dalam statusnya di FB juga di foto pribadinya. Kalimat jelasnya seperti apa aku lupa, yang jelas intinya, "bukan pilihan yang mempersulit kita, tapi kitalah yang membuat pilihan itu menjadi sulit". Nice quote i think. Dan interpretasiku sih, pada dasarnya pilihan itu selalu ada di setiap pergerakan kita dan tergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Sebuah pilihan akan menjadi simpel ataupun dilematis tergantung pada bagaimana kita menyikapinya.

Itu baru di antara dua pilihan. Lalu, bagaimana kalau pilihan yang ada tidak hanya dua, tapi tiga, empat, lima, atau bahkan tak terhitung? Kembali lagi pada quote si Pandhu tadi. Menurutku, quote dia tadi berlaku pada semua tipe pilihan. Sebagian besar orang berpikir memilih satu di antara banyak pilihan merupakan hal yang sulit. Akan tetapi, dengan quote si Pandhu tadi aku rasa ya tergantung pada bagaimana kita memandang pilihan yang ada itu. Ya tentu saja tetap memakai beberapa saringan dan pilihan alternatif.

Yah, terkadang orang dihadapkan pada banyak pilihan. Terlalu banyak malah. Aku sendiri bukan orang yang idealis. Kalau memakai quote tadi, ya seharusnya seseorang gak perlu pusing-pusing mikirin pilihan-pilihan yang ada. Mereka bisa saja membuat semuanya menjadi simpel, dengan memilih satu pilihan dan menyiapkan cadangan-cadangan kemungkinan jika apa yang mereka pilih ini gagal. Tapi aku tidak seperti itu. Aku bukan tipe orang yang oportunis. Terutama jika pilihan-pilihan ini terkait dengan cinta. Terlalu banyak resiko jika aku harus memilih dan menyiapkan cadangan. Akan ada yang tersakiti dan aku akan menyakiti. Aku tidak mau membuat permainan bodoh yang terkait dengan pilihan-pilihan.

Jika berandai-andai, aku justru berpikir untuk menyingkirkan semua pilihan itu dan biarkanlah aku berjalan seperti ini dulu. Sendiri, single, karena aku nyaman dengan keadaanku yang sekarang. Tapi di sisi lain aku juga membutuhkan orang yang bisa care sama aku. Aku tidak manja, karena dari kecil aku udah dituntut biar bisa mandiri. SMA akupun asrama, dan secara lahiriah aku sudah mampu mandiri. Yah, aku pun sekarang gak mau egois. Aku hanya berpikir bagaimana bisa menentukan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Yah, gara-gara membaca quote si Pandhu itu sekarang aku jadi berpikir. Jika memang kita lah yang membuat pilihan-pilihan yang ada menjadi sulit, lantas bagaimana caranya agar pilihan yang ada saat ini dapat menjadi simpel? That's just the biggest question on my mind..

Kesempatan

Aku masih duduk termenung di tepi tempat tidur sambil menyandarkan punggungku. Rasa dingin yang menyengat malam itu membuatku berpikir untuk cepat terlelap. Tapi tak bisa. Dentingan jam yang terus terdengar perlahan mulai membuyarkan konsentrasiku. Kuambil handphone dari atas meja dan mulai mengetikkan sms. Tapi, aku mengurungkan niat untuk mengirimkannya, karena aku tahu, dia di sana tidak mengharapkan sms dariku. Kututup pesan singkat yang kuketik dan beralih menuju music player di HP ku. Lagu Ipang "Tak Ada Gantinya" perlahan mengalun seiring dengan detakan jantungku.

Udara malam yang kian dingin memaksaku untuk bersembunyi di balik selimut tebalku. Akan tetapi aku tak mau melakukannya. Badan yang capek dan pikiran yang terkuras membuatku cukup malas untuk mengambil selimut di dalam lemari. Aku hanya mengancingkan jaketku dan berharap udara malam itu akan berangsur menghangat.

Pikiranku tiba-tiba teralihkan saat melihat foto di galeri hp ku. Lagi-lagi cinta menjadi sebuah topik yang muncul dari dalam otakku. Entah mengapa ia selalu datang bahkan saat tak aku butuhkan. Dia telah membuat hidupku bagai tanpa arah, terombang-ambing kemanapun dia pergi. Dialah yang telah mempermainkan pikiranku hingga ke titik yang paing dalam di otakku. Dia juga yang telah membuatku selalu mengeluh ketika mengingatnya. Sebenarnya aku tak mau dia datang malam itu, karena pikiranku sudah cukup jenuh, apalagi ditambah dengan kehadirannya dalam pikiranku, membuatku semakin tertekan dalam dinginnya malam itu.

Kesempatan..
Adalah hal yang paling aku tunggu. Tetapi sekaligus ku benci. Mengapa kesempatan hanya datang satu kali dalam hidupku? Kenapa ia tidak seperti cinta yang datang memenuhi otakku setiap sekonnya walaupun berisi pikiran yang sama? Kenapa kesempatan seolah malas bersarang di tubuhku dan membiarkan cinta merajai semuanya? Aku butuh kesempatan, waktu di mana aku merasakan sebuah penerimaan dan harapan. Bukan cinta yang aku harapkan datang, melainkan kesempatan.

Suatu ketika cinta dan kesempatan datang secara bersamaan. Aku meraihnya dengan kegembiraan. Semuanya terasa begitu indah saat itu. Dan langsung berubah seratus delapanpuluh derajat ketika dia-mereka-cinta dan kesempatan, hilang secara bersamaan. Cinta itu telah beralih kepada orang lain hanya karena sesuatu yang tidak pasti kebenarannya. Sabar pun datang seiring dengan pecahnya kepingan itu. Pecahan demi pecahan dipungut dengan baik oleh si sabar, hingga kemudian menyatu kembali dan utuh. Waktu pun semakin berganti seiring bersatunya pecahan itu. Kesempatan pertama, hilang begitu saja.

Suatu ketika aku bertemu kembali dengan cinta yang dulu meninggalkanku, dan getaran elektrik dari cinta lama itu membangkitkan kembali semuanya. Semua kenangan dan kepingan yang telah terkubur mendadak mencuat kembali, seolah ingin menyelesaikan sesuatu yang sempat tertunda dulu. Sudah terlambat memang.. Cinta itu, kali ini, tidak datang bersamaan dengan kesempatan. Ia datang sendiri, memporak-porandakan kepingan yang telah bersatu menjadi bagian yang sangat kecil, lebih kecil dan kompleks dari pecahan pertama. Cinta datang sendiri, TANPA KESEMPATAN, dan itu lebih menyakitkan.

Perlahan kuletakkan hp ku. Memandang langit-langit dan berpikir. Kenapa cinta selalu datang dan pergi setiap saat? Kenapa kesempatan hanya datang satu kali? Apakah aku salah bila kesempatan yang dulu ada tidak dapat aku gunakan?Apakah itu salahku? Bukan.. Ia pergi begitu saja, dan tak kembali.. Kesempatan itu tak pernah kembali...


suasana merenung yang sangat sunyi, hanya ada aku, bayanganku, dan suara malam..

SEMU

Dunia ternyata menawarkan berbagai kenikmatan, walaupun sadar atau tidak, sebenarnya itu semu.

Seorang teman saya yang notabene 'anak nakal' pernah bercerita, ia hobi dugem. Saat dugem ia dapat mencium siapapun dengan mudahnya. Di situ ia merasakan kenikmatan duniawi.

Teman saya yang lain bercerita mengenai uang sakunya yang melimpah, yang ia gunakan untuk shopping. Di situlah ia merasakan kenikmatan duniawi.

Seorang teman lagi yang notabene kutubuku juga pernah bercerita mengenai pengalamannya berkencan dengan banyak gadis. Di sana ia merasakan kenikmatan duniawi.

Pada intinya, setiap orang di dunia ini dikuasai oleh nafsu. Kenikmatan duniawi bisa saja mereka inginkan dan rasakan setiap saat. Namun mereka tak pernah sadar bahwa kenikmatan itu semu. Kosong.

Kenikmatan dunia yang kita rasakan perlahan akan sirna, berganti dengan keluhan yang berkelanjutan apabila kenikmatan itu tak segera kembali. Berubah menjadi keputusasaan dan tangisan. Buka mata, kenikmatan itu semu. Jangan biarkan mereka menguasaimu. Justru kesederhanaan lah yang akan membebaskanmu dan menciptakan kenikmatan batiniah yang tak pernah kamu rasakan sebelumnya.

Renungan pagi hari atas mimpi penuh arti td malem :)

Ternyata Saya Bisa patah Hati Juga


Hmhh.. Hidup itu ternyata emang gak selamanya nyenengin.. Emang bener kata pepatah jaman batu, hidup itu seperti roda.. Kadang kamu ada di atas, kadang juga di bawah. Seperti halnya anak kost, apalagi kalo bukan soal duit kiriman dari ortu -.- .Kalo pas kita lagi ada di atas ni, wah rasanya seneng banget. Apalagi kalo bisa foya-foya. Bisanya cuma ngabisin uang saku, uang orangtua.. Dan, puaass banget. Tapi kalo lagi ada di bawah, wah rasanya pengen bobol ATM orang deh hahaha... Itu masalah anak kost yang ehm, cukup sering aku alamin. Tapi aku gak akan ngomongin masalah itu, karena itu cuman masalah klasik anak kost aja. Pepatah roda menurut aku emang udah teruji validitas dan reliabilitasnya, dan pasti terjadi di kehidupan semua orang. Masalahnya, hidup jadi suram kalo kita lagi ada di bawah. Contohnya aja yang aku alamin sekarang, masalah cinta yang menurut aku agak penting gak penting juga.
Gue habis putus cinta T_T hah... Hal yang aku sendiri juga gak bisa percaya. Putus cinta. Kedengerannya emang agak pilu, tragis, dan lain-lain yang menyedihkan... Hah, aku juga masih gak percaya sampe sekarang. Kalo dibilang sih, gue pacaran lama juga. Dari taon 2005 sampe sekarang, 2009. Uda 4 taon! Tepatnya sih udah 47 bulan gitu. Dan sekarang berakhir T_T
Masalahnya sepele sih, tapi gak bisa disepelein gitu aja. Emang udah dasarnya gak cocok, mau diapa-apain juga sama aja T_T Dari dulu banyak orang-orang yang iri sama aku, kok bisa gue pacaran ampe lama banget.. Yah, mereka gak tau aja sih, kalo hubungan aku tuh sebenernya rapuh, banget malah... Sayang sih sayang, tapi kalo berantem cuma gara-gara masalah kecil dan terus-terusan, apa bisa tahan? Beeh, jangan harap.. Awal-awalnya emang tahan, tapi lama-lama jatoh juga lo... Mungkin gara-gara gue juga kali ya. Dia bilang gue terlalu childish. Ah, tapi gue pikir biasa aja tuh. Apa salahnya sih aku minta sms gue dibales sekali aja? huh.. Masa cuman gara-gara gitu doang gue dibilangin kayak cewek yang di iklan LA itu, "di rumah, tidur, sendiri" jaaahh.. Bete gak sih lo, padahal gue gak sebegitunya kaleee zzzzzzzzzzzzzzz. Jengkel juga aku sih. Tapi ya udahlah. Namanya juga cowok, kudu disabarin. Tapi lama-lama enek juga aku, yah, terjadilah ledakan emosi yang menyebabkan berakhirnya suatu hubungan. Hahaha... aku sih sakit banget ni ati, tapi yah aku sabar-sabarin aja deh.. Sapa tau malah membawa berkah. Amin amin deh. Hahaha... Akhirnya sekarang aku ngrasain gimana rasanya jadi jomblo. Yah moga-moga aja gak bikin aku sedih berlarut-larut. Haha... aku masih punya temen-temen yang mau jalan ama aku kok walopun mereka udah punya pacar masing-masing. Hehe. I love my friends :)

Di balik Kisah Tukang Becak dan Pengemis

Selasa 3/3/09 aku ngrasa malu ama diriku sendiri setelah ngalamin dan ngliat sendiri sebuah kejadian yg terjadi di lampu merah Gondomanan, habis aku pulang dari kasongan. Jadi waktu itu lagi lampu merah. Udara tuh pas panas2nya dan lampu merah itu lagi detik ke 90. Motor dan mobil sangat padat, dan di depan batas garis lampu merah ada becak hijau berhenti menanti lampu hijau, dengan muka pengemudinya yang sangat tua dan letih. Pas detik ke 88, ada seorang pengemis bawa eber kecil gitu warna item. Dia pake kruk, dan setelah aku liat kakinya, ya Tuhan, keciiiilll banget, mungkin polio atau apa, aku juga gak terlalu tau, yang aku tau cuma dia susah berjalan, menghentakkan kruknya ke aspal yang panas, dan ia tanpa alas kaki, bahkan aku ngliat kakinya gak napak ke tanah, jadi badannya tersangga ama kruknya itu. Aku tau kakinya gak bisa dipake buat jalan, karena keliatan lemah banget.. Dan ya Tuhan, di tengah panas terik itu ia melangkahkan kruknya di aspal dan mulai berjalan ke samping kaca mobil, dari satu mobil ke mobil lain dan dari satu motor ke motor lain di bagian depan, kecepatan gerak kruknya berpacu dengan detik lampu merah yang sudah menunjuk detik ke 20, tanpa mendapat sepeserpun rupiah, bahkan ia mendapat tatapan sombong dari "orang-orang kota" dengan pandangan mereka yang meremehkan. Ia pun bergegas mengayuhkan kruknya ke trotoar kecil di tepi lampu merah itu dengan susah payah dan berpacu dengan waktu. Dalam waktu 9 detik ia mampu mencapai trotoar itu dan mengusap peluhnya. Pada detik ke 9 sebelum lampu merah berganti hijau, aku menyaksikan sebuah pemandangan yang sangat dramatis yang aku sendiri menjadi trenyuh melihatnya. Tukang becak yang tua dan letih itu berlari berpacu dengan detikan traffic light ke arah trotoar dan memasukkan selembar uang lima ribu rupiah ke dalam ember kecil pengemis tadi. saat ia berlari kembali ke becaknya, lampu merah telah berganti hijau, dan ia pun mengayuh becaknya dengan penuh semangat menyusuri jalan gondomanan. Aku bisa ngliat wajah bahagia pengemis itu ketika si tukang becak memasukkan 5rb rupiah ke dalam ember hitam kecilnya. Seketika itu aku malu, kenapa aku tidak bisa seperti tukang becak itu? Uang 5rb bagiku hanya jumlah yang kecil, tapi mungkin bagi tukang becak, 5rb adalah peuhnya ketika menarik becak dari babarsari ke selokan mataram. Dan, tukang becak itu memberikan 5rb pada pengemis itu dengan berpacu waktu. Sungguh aku malu bgt :( Mungkin tukang becak itu mendapatkan pencerahan dari apa yang dilihatnya dari kaki pengemis itu. Mungkin tukang becak itu bersyukur ia masih mempunyai kaki sehat untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Sementara aku?dengan keadaan yang sehat dan normal aku hanya bisa melihat dan merasa kasihan tanpa bisa berbuat apa-apa. Malu banget aku :(

Tukang becak yang baik hati itu seakan menampar semua orang-orang kota yang sombong yang ada di situ (termasuk aku) yang mungkin hanya bisa pamer semua yang kita miliki dan selalu merasa tidak puas akan apa yang kita miliki. Orang-orang kota yang hedonis yang sudah asosial pada anonymous society. Tukang becak yang baik hati itu mungkin hanya satu dari jutaan orang baik di dunia,tapi dari situ aku yakin banget, tukang becak itu memiliki kebahagiaan yang tak hanya diukur dari materi saja, melainkan dalam refleksi kesadarannya sebagai makhluk sosial. Hmm, dari kejadian ini i just have promise to myself, that i'm going to improve my social awareness, not only for identified society, but also for anonymous society :)



picture taken from http://anakdel.files.wordpress.com/2009/11

Selamat datang


Standar banget! Buat sebuah blog yang mengusung judul 'Permainan Kata'. Ya tapi mau ngomong apalagi. Yang jelas blog ini aku bikin sekedar buat sharing pengalaman aja. Just to share what i feel and what i do in my daily life. Bukan menggurui, hanya mencoba berbagi dan merasakan sebuah chemistry yang sama dalam sebuah keadaan yang menuntut kita untuk saling berbagi tak peduli dalam keadaan apapun.

Yaah sebelumnya perkenalan dulu laah biar agak eksis. hehehe. Aloysia Nindyana Carissa Devi. Depong aja deh panggilnya. 17 Oktober 1989. Yah usia yang sedang memasuki masa-masa transisi. Halah. Hahaha. Kuliah di FISIP UAJY, komunikasi. Pada awalnya aku interest banget sama film, tapi tlat masuk UKM film (namanya Kineklub), jadinya baru akrab sama film beberapa hari belakangan ini. Blak-blakan, ceplas-ceplos, tapi tetep, aku gak suka dibilang manja! Karena menurutku aku mandiri. Yah, i just do what i wanna do.

Yaah, gak usah panjang lebar. Just read, like, and love my story, friends :) Welcome and enjoy ;)