29 October 2009

FATAMORGANA

Angin bertiup, berdebu..

Seorang gadis kecil berlari membawa sebuah balon gas berwarna merah di tengah padang pasir. Rok yang ia kenakan melambai tertiup desiran angin gurun yang panas sore itu. Gadis kecil itu, tidak mengenakan alas kaki. Kakii mungilnya ia biarkan terbakar di atas pasir.. Matanya berair menahan debu yang seringkali masuk ke matanya.. Dan gadis kecil itu, terus berlari..

Matahari seakan enggan meninggalkan gurun itu, setia menemani gadis kecil yang berlari tanpa arah. Rok hitam yang dikenakan oleh gadis kecil itu menambah panas yang ia rasakan. Matahari ingin menemani gadis kecil tersebut, namun tanpa ia sadari, ia justru membuat gadis kecil itu semakin menderita karena panasnya. Dan, matahari, terus menemaninya sore itu. Namun gadis kecil itu, tetap berlari..

Balon merah itu terus ia genggam.. Ia tak mau melepaskannya sedikitpun.. Tangannya melepuh dan tetap menggenggam balon merah itu.. Dan gadis kecil itu kembali berlari..

Oase, perlahan muncul di hadapan mata gadis kecil itu. Dengan matanya yang pedih dan kakinya yang terbakar, gadis kecil itu berlari penuh semangat mendekati oase tersebut. Gadis itu terus berlari, namun oase tersebut terus menjauh. Semakin ia mendekat, oase tersebut semakin menjauh... Gadis kecil itu menangis, namun ia semakin menguatkan dirinya untuk mendekati oase itu.. Ia haus, ia kepanasan, ia ingin mendekati oase itu, menyentuh airnya, dan meneguk setenggak airnya..

Tanpa gadis kecil itu sadari, oase tersebut hanyalah..











FATAMORGANA..

27 October 2009

SUMPAH PEMUDA dan PEMUDA PEMUDI INDONESIA

Sumpah Pemuda.

Mungkin sebagian orang udah sering banget denger kata ini, tapi aku yakin, makna kata ini SANGAT ASING bagi mereka. 28 Oktober. Peringatan Sumpah Pemuda.. Sejak 28 Oktober 1928. Udah 81 tahun yang lalu.. Dan, pada masa sekarang, apa sih nyatanya? Apa bener, semangat Sumpah Pemuda itu diresapi sampai sekarang? Bahkan, teks nya pun belum tentu semua pemuda-pemudi di negeri ini tahu..

Naskah Sumpah Pemuda, yang sangat nasionalis. Dan sejak itu, Indonesia dinyatakan berada di tangan pemuda-pemudinya. Memang, pada masa itu pemuda dan pemudi Indonesia menjadi sangat bisa diandalkan.. Tidak seperti saat ini. Ketika kebudayaan dari luar sudah masuk, yang ada kapitalisme yang merajai. Tidak ada lagi semangat nasionalis yang muncul berapi-api seperti pemuda-pemudi jaman dahulu kala. Mungkin, karena merasa sudah merdeka dan tidak lagi merasakan kerasnya hidup di bawah penjajahan. Tapi tanpa disadari, pemuda-pemudi itu telah terjajah. Oleh dunia dan segala isinya.

81 tahun sejak adanya sumpah pemuda, semakin lama semakin luntur.. Bukannya semakin kuat. Seiring dengan bercampurnya budaya, masuknya budaya pop.. Saat itulah kaum muda semakin terjajah. Tidak ada lagi rasa memiliki terhadap tanah air. Dan tak ada lagi yang bisa diandalkan untuk negeri ini.

Sumpah Pemuda, mungkin hanya sebagian kaum muda yang masih peduli. Tapi ternyata mereka adalah MINORITAS! Sungguh ironis, di saat kaum muda menjadi tulang punggung bangsa.. Jika ada cara untuk menyingkirkan segala bentuk hedonisme dan kapitalisme, cara tersebut harus diusahakan, agar semangat Sumpah Pemuda yang dulu berapi-api kini akan kembali berapi-api.. Tidak mlempem seperti kerupuk yang disia-siakan di atas meja..

Dan, kaum muda Indonesia, bangkitlah menentang segala bentuk hedonisme dan kapitalisme yang menjajah.. Dan bangkitlah untuk SATU Indonesiaku..

Selamat Memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2009, semoga Indonesia akan memiliki lebih banyak kaum muda kebanggaan :)

Aku ingin kue jelek itu..

Aku adalah Audy. Umurku tujuh tahun. Ketika sedang berjalan sendirian di Central Park, aku melihat sebuah kue di etalase toko. Bentuk kue itu memang tidak indah. Jika orang melihatnya, mungkin cenderung tidak akan ada yang membelinya. Tapi, kue itu melambai-lambaikan tangannya padaku. Ia tersenyum dan menunjukkan tanda bahwa ia ingin aku membelinya. Dulu aku pernah melihat kue ini juga, tapi dulu, ketika aku ingin membeli kue ini, sudah ada orang lain yang membelinya. Dan sekarang, aku kembali melihat kue ini. Dan aku, masih ingin membelinya walaupun bentuknya tidak indah. Aku tidak peduli pada bentuk kue yang tidak indah ini. Aku ingin mencicipinya, karena aku yakin rasa kue ini enak.. Perasaanku berkata seperti itu.

Aku memutuskan masuk ke dalam toko untuk membeli kue itu. Aku masuk, namun nampaknya seorang gadis kecil lain juga sedang merengek pada bundanya, minta dibelikan kue itu. Padahal, kue itu adalah kue satu-satunya, dan aku juga menginginkannya. Aku sendirian, masuk ke dalam toko itu dan meminta pada penjaga toko untuk membungkuskan kue itu. Tapi kue itu seakan tak mau kubeli. Ia lebih memilih dibeli oleh gadis kecil lain tadi. Namun gadis kecil tadi tiba-tiba berubah pikiran dan membeli kue lain. Kue tersebut nampak sedih, namun ia juga masih tak ingin aku membelinya. Akhirnya aku pulang.

Esok paginya, aku kembali ke toko itu. Kue itu masih ada. Seolah-olah kue itu ingin aku membelinya, namun ia nampaknya masih tidak enak hati gara-gara kejadian kemarin. Sebenarnya aku masih ingin membeli kue itu, akan tetapi, aku sadar bahwa bukan aku yang diinginkan oleh kue itu untuk membelinya. Dan aku hanya melaluinya begitu saja tanpa membelinya. Hal ini berulang-ulang terus selama beberapa hari, aku tak pernah membeli kue itu. Tapi kue itu nampak senang karena tiap hari aku mengunjunginya. Dan keadaannya selalu saja seperti ini. Aku dan kue itu, sudah cukup senang untuk saling melihat setiap hari. Tanpa aku membeli dan memakannya pun, aku sudah mampu merasakan manisnya kue itu. Teman-temanku menganggapku aneh, kenapa aku bisa menyukai kue yang tak berbentuk itu. Tapi aku merasa diriku tidak aneh. Kue itu unik. Dan aku suka. Aku seperti dapat merasakan manisnya kue itu tanpa aku memakannya. Dan aku merasa, kue itu akan menjadi salah satu kue favoritku jika aku mencicipinya nanti. Tapi aku masih belum berani membelinya. Kue itu seolah belum mau ku beli. Dan sepanjang hari berlalu, aku hanya memandang kue itu dari luar etalase toko. Dan selama itu pula, gadis kecil yang merengek pada bundanya kembali memandang kue itu dari luar etalase toko, dan kue itu melihat gadis kecil lain yang bahkan tidak sedikitpun menoleh kepadanya.

Aku jadi semakin bingung. Aku ingin membeli kue itu. Tapi aku juga masih ragu. Jika kue itu tak ingin aku beli, rasanya pasti tak akan seenak yang kubayangkan. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada teman-temanku. Ada yang menyuruhku untuk membelinya jika aku yakin akan bisa menikmati rasa kue itu. Tapi ada pula yang menyuruhku untuk tidak membeli kue itu karena tahu rasanya tidak enak. Tapi aku masih ngotot bahwa kue itu pasti rasanya enak. Dan dia hanya menertawakanku. Aku jadi bingung. Apakah sebaiknya aku membeli kue itu atau tidak? Aku menginginkannya sudah sejak lama, dan aku sangat ingin membeli kue itu. Sebenarnya mudah saja, aku tinggal masuk ke dalam toko itu, membeli kue itu, dan mencicipinya. Tapi aku takut jika kue itu menolak untuk dibeli.

Dan, pada hari ini, aku menyadari semuanya. Kue itu memang tak pernah menginginkan aku untuk membelinya. Dan aku merasa aku bodoh, menginginkan kue itu selama ini. Dan aku hanya tertawa, dan kemudian berlalu, Benar kata temanku tadi, kue itu tidak manis. Selama ini dia hanya menunjukkan bahwa dia seolah-olah manis. Aku menjadi benci terhadap kue itu. Tapi, aku menyadari itu adalah kebodohanku. Dan aku, tak mau membenci kue itu. Biarlah kue itu dibeli oleh orang yang memang lebih pantas. Bagaimanapun juga, aku pernah menyukai kue itu, dan walaupun aku belum pernah mencicipinya, aku yakin kue itu akan terasa manis jika dibeli oleh orang yang kue itu inginkan, pasti. Aku, Audy, tujuh tahun, hanya bisa berharap yang terbaik untuk kue itu.. <3 Kue itu, walaupun bentuknya tidak indah, tapi aku yakin kue itu akan dibeli oleh orang yang ia inginkan, karena kue itu unik.. Dan aku, telah menemukan kue lain yang terasa sangat manis..

You can't move on?

Keadaan.
Selalu tak pernah bisa kita prediksi.









Ina, ini berada dalam sebuah keadaan yang bahkan ia pun tak pernah mengira bahwa ia akan berada di sana. Dalam sebuah keadaan di mana ia terus menekan dirinya untuk tidak naik ke atas.Menekan dirinya untuk tidak menjadi jumawa. Karena sebenarnya ia pun belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang Ina tahu, ia takut bergerak maju karena takut jatuh. Tapi untuk mundur pun ia tak siap.

Ina sendiri saat ini menyukai seorang pria dan masih mencari tahu apa dan bagaimana yang dirasakan pria itu sebenarnya terhadapnya. Ia tak mau mencaritahu secara frotal, takut tak berbalas. Yang ia lakukan hanya mencari informasi dari orang-orang di sekitarnya. Namun hal itu tak juga membuatnya yakin dan berani melangkah. Dan akhirnya, Ina pun tak tahu apa yang harus ia perbuat.

Dalam kasus ini, Ina bodoh. Membiarkan begitu saja apa yang ia alami. Tapi Ina tak punya pilihan lain..

Ina terjebak..
Sampai akhirnya Ina akan memutusakan untuk maju.. Dan menerima semua resiko yang akan terjadi..

Entah apakah keputusan Ina ini benar..

Yang jelas, keadaan, bukanlah alasan untuk putus asa..

17 October 2009

there's that one person you'll never get over no matter how long it's been

Pagi ini aku terbangun, ditemani secangkir teh hangat dan lagu Taking Back Sunday, New American Classic. Mendengar lagu ini, membuat konsentrasiku kembali terpecah. Setelah semua yang aku alami, tadi malam sebenarnya aku mulai berpikir bahwa aku salah. Aku mungkin terlalu bodoh, membiarkan diriku terlalu berlarut. So damn fun, sesuatu yang menyenangkan mungkin, tapi membawa efek buruk bagiku.

Aku sebenarnya masih bingung dengan apa yang aku rasakan. Sayang, tetapi aku tak ingin memilikinya, karena mungkin keadaannya akan berbeda. Aku, berada dalam zona nyaman.. Zona yang sebenarnya sangat tidak nyaman, tapi aku merasakan kenyamanan yang sangat luar biasa di sini.. Aku juga tak tahu kenapa, tapi aku, mungkin terlalu bodoh. Aku merasakan zona nyaman ini, aku terlarut dalam zona nyaman ini..

Aku sadar, cepat atau lambat zona ini akan segera berakhir. Bisa berakhir bahagia, bisa juga berakhir tragis.. Jika bahagia, aku rasa aku akan merasakan sesuatu yang mungkin belum pernah aku rasakan sebelumnya. Memiliki seseorang yang sudah lama ada di hatiku. Jika tragis, rasa sakit yang aku rasakan akan luar biasa. Tentu aku ingin akhir yang bahagia. Tapi aku juga belum bisa memastikan akhir dari zona ini, aku berprediksi akhir yang tragis justru. Tapi aku tak mau berspekulasi. Bayangan-bayangan, pikiran-pikiran yang ada dalam benakku selalu berkelebat saat kesendirian itu tiba. Tapi sekali lagi, aku tak mau berspekulasi. Aku tak mau pikiran positif atau negatif datang ke pikiranku dan mendoktrinku dengan spekulasi-spekulasi bodoh. Saat ini, aku hanya menjalaninya apa adanya..

Tapi aku juga tidak bisa selamanya seperti itu. Aku tidak bisa berspekulasi, dan juga tidak bisa diam dalam zona nyaman ini selamanya. Aku stuck. Tak bisa bergerak.. Aku, hanya bisa duduk. Menanti. Sebuah hal yang membosankan. Aku ingin maju, tapi aku takut sakit. Aku ingin mundur, tapi aku belum rela terlepas dari semua kenyamanan ini. Aku egois, ingin selalu merasakan kenyamanan yang semu ini.. Aku tak tahu apa lagi yang harus aku perbuat. Aku stuck.

Aku peduli padanya, aku nyaman ketika bersamanya, aku tidak mau apapun terjadi kepadanya.. Tapi pada saat itu juga aku merasa terlalu lemah. Sudah cukup banyak yang ia lakukan untuk menyakitiku, sudah terlalu banyak hal yang seharusnya bisa membuat aku membencinya. Tapi aku tak tahu kenapa, aku tak bisa membencinya.. Aku tak bisa. bahkan untuk menghindarinya pun justru membuatku semakin sakit. Aku tak mau seperti ini, tapi aku nyaman bersama dia. Zona nyaman. Kenikmatan semu. Aku harus mengutuk siapapun penggagas zona ini. Kenapa keadaan bisa menjadi seperti ini, aku tak tahu. Dan aku tak tahu bagaimana menghindarinya. Zona ini terlalu mengikat. Mencekik. Membuatku tercandu. Aku tak mau..Tapi aku tak bisa melepaskan diri.

Semuanya jadi serba abstrak. Gak jelas.. Dan aku harus bisa mengambil keputusan.. Sebenarnya keputusan itu sudah ada. Menghindar. Karena aku tak mau terus berlarut dan berharap. Tapi zona nyaman ini memang brengsek. Mengikatku kepada sebuah kursi. Mengikat tangan dan kakiku, membuatku tak bisa bergerak.. Aku sudah meronta, tapi ikatan ini justru membuatku nyaman. Entah mengapa, mungkin aku yang bodoh. bahkan kini aku terlalu lemah untuk dapat melepaskan diri.. Aku akan membiarkan tali ini megikatku, apapun yang akan dia lakukan, aku akan menerima.. Tali ini bisa saja terus memberikan kenyamanan kepadaku, tapi bisa juga menyakitiku.. Dan aku tak mau tahu itu.. Aku hanya tahu saat ini aku nyaman, dan aku sudah terlalu lemah untuk dapat melepaskan diri dari ikatan ini, dari zona ini.. Aku harus menghindari zona ini agar aku tak sakit, karena aku sudah terlalu capek merasakan sakit.. Tapi aku terlalu rapuh untuk dapat lepas dari zona ini..

Aku jadi teringat salah satu lagu yang pernah aku dengar, lagu zolof and the rock and roll destroyer, yang judulnya panjang.. Dan sangat mencerminkan diriku saat ini. Intinya, ada seseorang yang tak akan pernah bisa kamu dapatkan, sekalipun kamu telah menunggunya sekian lama.. Mereka tidak mempercayai adanya proses dalam cinta. Aku juga tidak percaya adanya proses, tapi aku yakin, perasaan yang pernah ada, akan tetap tersimpan.. Sekalipun kamu mencoba membuangnya jauh.. Dan aku, ingin membuangnya, tetapi aku tak bisa.. Aku hanya bisa membiarkannya masuk ke dalam diriku, merajai seluruh pikiran dan hatiku.. Dan mungkin aku pun akan membiarkannya menyakiti, menghancurkanku sedikit demi sedikit, bahkan tanpa aku sadari.. Karena aku sudah terlalu lelah menghadapi semua ini.. Semua ketidakpastian ini..

there's that one person you'll never get over no matter how long it's been
(zolof and the rock and roll destroyer)

14 October 2009

Kisah Mia, apakah kisahku juga?

Namaku Mia. Umurku 19 tahun. Aku ingin sekali bercerita, tapi aku tak tahu harus menceritakannya kepada siapa. Aku cuma bisa menulis, menulis, dan menulis. Bahkan untuk menggerakkan bibir pun aku tak mampu. Mengucapkan sepatah kata pun aku tak mampu. Aku cuma bisa menulis, agar semua orang tahu apa yang aku rasakan.

Aku membenci cinta. Ketika orang lain sangat memujanya. Orang lain mengagung-agungkan cinta. Mengataskan cinta di atas segalanya. Aku justru menolak ketika cinta itu hadir. Buat aku, hidup tak melulu soal cinta. Buat aku, hidup lebih baik diisi dengan pengorbanan, daripada cinta. Buat aku, pengorbanan lebih tulus dibandingkan cinta. Sacrifice, is the most important thing while you live. Aku bukannya menjelek-jelekkan cinta, tapi aku sadar, adanya kekuatan destruktif dari cinta yang bisa melemahkan setiap orang. Dan aku benci itu.

Aku heran ketika setiap orang mencari cinta. Untuk apa? Cinta itu bukan untuk dicari. Cinta itu, sadar atau tidak, selalu berjalan mengikuti kita. Ini lah yang membuatku membenci cinta. Selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Aku sebenarnya tidak munafik. Aku membutuhkan cinta. Semua orang membutuhkan cinta. Tapi aku mulai terganggu ketika cinta mengikutiku kemanapun aku pergi. Aku merasa ada sesuatu yang mengikatku. Dan aku membenci hal itu. Semua orang yang mencari cinta, tentu saja karena mereka membutuhkannya. Akan tetapi, terkadang, ketika sudah mendapatkan cinta, orang jadi lupa diri. Terlalu mengagung-agungkan cinta. Sehingga menjadi destruktif tanpa ia sadari. Jika ada chauvinisme yang terlalu mengagung-agungkan negara di atas segalanya, mungkin perlu dibuat istilah love-drunk-isme, mengagung-agungkan cinta di atas segalanya.

Cinta yang konstruktif memang menyenangkan.. Membuatmu bagai berada di surga. Tapi itu utopis! Cinta takkan bisa selamanya konstruktif. Konstruktif muncul karena adanya sesuatu yang destruktif. Dan cinta memiliki itu. Setiap apa yang terjadi atas dasar cinta pun memiliki tujuan. Dan inilah yang membuat segala sesuatunya membutuhkan timbal balik, lagi-lagi atas nama cinta. Maka jangan heran ketika kamu membaca headline koran, "ABG minum Baygon karena ditinggal kekasih", "Seorang Mayat Mahasiswi ditemukan Mengambang di Sungai, Diduga Diperkosa", "ABG bunuh diri karena hamil di luar nikah". Inilah cinta yang destruktif. Ketika mereka menjalani suatu hubungan, dan tak berani berkorban. Akhirnya, jadi LEMAH.

Buat aku, pengorbanan jauh lebih di atas cinta. Pengorbanan itu tulus, dan selalu konstruktif. Tak ada pengorbanan yang destruktif. Dan aku sangat menyukai pengorbanan ketika ia mengikuti aku, walaupun ia datang tak sesering cinta. Buat aku, pengorbanan itu sesuatu yang tidak bisa direplace dengan apapun. Ketika seseorang berkorban (bahkan atas nama cinta), di situlah kamu menemukan sebuah ketulusan yang sangat dalam. Ketika seseorang sudah memutuskan berkorban untukmu, di situlah kamu merasakan perasaan sayang. Dan buat aku, ini lebih berharga daripada cinta.

Mungkin memang pemikiranku berbeda dengan orang lain, tetapi aku merasa bahwa pemikiranku ini membantuku memulihkan trauma masa laluku. Aku saat ini juga sedang berkorban. Demi diriku sendiri juga. Aku, akan membiarkan orang yang aku sayangi berbahagia dengan orang yang ia pilih nanti. Ketika aku pernah mencoba menggapai cinta namun kemudian jatuh, rasanya sakit. Tapi aku kemudian bangun. Tapi aku jadi membenci cinta. Aku sadar tak bisa selamanya seperti ini. Aku mencoba bangun sendiri, dan berjalan. Dan aku bisa. Aku sadar, saat ini aku tak bisa memilikinya. Aku merasa nyaman ketika ada di dekatnya. Aku merasa bahagia ketika aku ada di dekatnya. Aku, sadar. Aku tidak mencintai dia, tapi aku menyayangi dia, tak peduli seberapa buruk perbuatan yang pernah ia lakukan padaku. Aku tidak memiliki hasrat untuk memilikinya. Karena aku juga tak bisa memaksakan perasaannya kepadaku. Aku mulai belajar menata sikap, belajar berkorban. Tak selamanya aku bisa memiliki apa yang aku inginkan. Sekalipun aku membutuhkan dia, aku tak mau egois. Ketika aku merasa nyaman dengan dia dalam keadaan seperti ini, aku merasa inilah yang harus dijalani. Aku mengorbankan perasaanku dan mencoba untuk mengikuti semua apa adanya. Aku bahagia melihatnya menyukai orang lain, walau terkadang aku masih memakai topeng kebahagiaan. Tapi aku sadar tak bisa selamanya seperti itu. Jengah. Aku saat ini sudah cukup bahagia, memiliki sahabat seperti dia. Aku sadar, bahwa aku tidak mencintainya, tapi aku menyayanginya. Dan aku cukup terseenyum saat dia bahagia, bahkan kini aku dapat tersenyum tanpa topeng kebahagiaan, karena aku sadar, aku saat ini sudah mempu menyayanginya dengan tulus..

Inilah kisah Mia, semoga aku dapat memberikan sedikit inspirasi bagi kalian yang mendengarkan cerita ini.

Salam sayang,
Mia.

07 October 2009

Bahkan aku pun tak tahu apa yang aku tulis..

Aku masih terduduk di depan laptopku. Aku tak tahu lagi apa yang harus aku tulis.. Semuanya melayang ke dalam pikiranku. Banyak yang datang, banyak yang pergi. Banyak pikiran melayang tanpa dapat kuatur. Aku, bukanlah tipe orang yang mempu mengungkapkan sesuatu secara frontal. Aku bukan pula orang yang pandai beranalogi, mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurutku, semuanya itu relatif..

Aku dapat dikatakan memiliki sebuah kisah yang cukup pahit. Dilema. Perih. Bahagia. Lalu perih lagi. Semuanya berputar tanpa terkendali. Dilema, selalu dilema yang datang. Pilihan juga datang, dan membuka celah bagi kesempatan. Tapi semuanya tergantung kepada setiap orang, dan buat aku, kesempatan adalah nomor satu. jauh melebihi apapun. Tak ada satu hal pun di dunia ini yang dapat menggantikan kesempatan yang datang cuma sekali seumur hidup.
Banyak orang berkata bahwa kesempatan kedua itu ada. Tapi buat aku, kesempatan kedua itu utopis. Kita tak pernah tahu bagaimana ending yang baik dari kesempatan kedua ini. Semu. Kesempatan kedua hanyalah 'penghiburan' masing-masing orang terhadap diri mereka sendiri. Mengasihani diri mereka sendiri dengan mengharapkan ada kesempatan kedua yang akan datang. Aku sendiri hanya tertawa melihat semuanya itu. Mereka, yang menganggap kesempatan kedua itu ada, hanyalah menyemangati dan menghibur diri mereka sendiri. kalaupun ada, kesempatan kedua tidak akan mungkin seindah kesempatan pertama. Celah yang dibuka oleh kesempatan kedua juga sangat kecil.

Dalam cinta, kesempatan kedua, mungkin dapat terwujud indah setara dengan kesempatan pertama.Dengan catatan, ada timbal balik pemberian kesempatan oleh masing-masing pihak. Tapi kemungkinannya sangat kecil. Aku sempat berpikir, ini hanyalah terjadi kepada orang yang memiliki cinta sejati, baik yang sudah pernah maupun belum pernah bersatu. Dan aku, menunggu kesempatan kedua itu datang. Aku sudah membuka jalan, dan menunggu kesempatan kedua itu datang..

Mungkin aku bodoh. Aku, seseorang yang tidak mempercayai adanya kesempatan kedua, tapi menunggu datangnya kesempatan kedua itu. Aku bukannya plin-plan, aku memang tidak mempercayai adanya kesempatan kedua, tapi aku yakin, cinta sejati itu ada.. Dan aku akan menunggu itu datang bersama dengan dengan kesempatan, menjadi kesempatan kedua untukku...

Bicara Tentang Cinta Lagi..

Aku duduk. Menyesali semua yang terjadi. Lagi-lagi cinta. Sebuah kata yang bahkan abstrak bagi setiap orang. Tak ada yang mampu mendefinisikan cinta dengan jelas. Tapi kenapa cinta menjadi bagian besar hidup, yang jelas-jelas mampu mengubah 180 derajat kehidupan manusia.

Aku tak pernah tau kenapa cinta itu datang.
Aku tak pernah tau kenapa Tuhan menciptakan cinta tanpa wujud. Abstrak.
Aku tak pernah tau mengapa kekuatan cinta sangat besar. Konstruktif, maupun destruktif.
Aku tak pernah tau kenapa cinta itu membingungkan.
Aku tak pernah tau kenapa Tuhan menciptakan lebih dari satu cinta dalam diri seseorang.
Aku tak pernah tau darimana datangnya cinta.
Aku tak pernah tau kenapa cinta itu fluktuatif.
Aku tak pernah tau kenapa cinta dapat membuatku nyaman, bisa juga membuatku sangat tidak nyaman.
Aku tak pernah tau kenapa cinta bisa memicu pertikaian.

AKU TAK PERNAH TAU KENAPA CINTA MEMILIKI BANYAK SISI.

Aku ingin cinta itu pergi, tapi aku masih membutuhkannya.
Aku ingin cinta itu datang, tapi aku merasa sedih karena cinta.
Aku ingin cinta melulu bahagia, tapi aku tak mau egois.

Aku hanya bingung dengan cinta.
ketika seharusnya orang menjadi kuat karena cinta, kenapa ada orang yang menjadi lemah karena cinta??
Lemah, it's okay.. tapi bukan berarti dibawa terlalu berlarut..
Cinta itu seharusnya bikin kita kuat...

Tak peduli seberapa bahagianya ketika cinta itu datang..
Tak peduli seberapa perihnya ketika kamu tak mampu menggapai cinta..
Tak peduli seberapa baahagianya ketika kamu meraih cinta..
Tak peduli seberapa perihnya ketika cinta itu pergi..

Yang jelas,
CINTA, diciptakan Tuhan untuk menguatkan kita..
Bukan melemahkan..

Semua orang mencari yang terbaik. Aku? Beda...

Setiap orang berjalan maju. Mencari yang terbaik bagi hidupnya. Soal cinta, hal ini menjadi hal yang sangat general. Di mana-mana, setiap orang mencari pasangan hidup yang terbaik untuk mereka. memang baik, menemukan pasangan hidup yang terbaik kelak.. Yang dapat menemani hari-hari mereka, menemukanorang yang tepat..

Kadang aku merasa aneh. Kadang aku merasa aku seperti alien, karena aku tidak sama seperti mereka. Aku tak pernah mencari yang terbaik untukku. Banyak orang datang. Banyak orang pergi dari kehidupanku. Tapi itu bukan mauku. Hatiku memang satu. Mungkin jantungku punya empat bilik, tapi bilik itu ku tutup. Sampai ada orang yang dapat membukanya nanti. Yang aku sendiri tak tahu kapan. Aku merasa aneh dengan diriku. Ketika semua orang berlomba-lomba mencari yang terbaik bagi mereka, aku hanya terdiam. Berhenti di tempat.

Aku tak pernah mencari sosok yang terbaik untukku. Karena buat aku, terbaik tidak akan pernah dapat diukur. Jika kita menjalani suatu hubungan dengan mencari yang terbaik untuk kita, maka dengan mudahnya kita akan meninggalkan seseorang yang kita sayang demi seseorang lain yang lebih baik. Baik, memang dapat diukur, tetapi terbaik, tidak. Bagaimana bisa seseorang berkata: "KAMU ADALAH YANG TERBAIK BUAT AKU" ketika ia sendiri tidak mengetahui ukuran kebaikan? Masih banyak orang lain di dunia ini yang memilikii kelebihan, masih banyak orang yang belum kita kenal di dunia ini. Masih banyak waktu bagi kita untuk mengenal satu sama lain, menemukan yang baik di atas yang baik, tapii tidak untuk yang terbaik. yah, itu hanya dari pandanganku saja.

Aku merasa di antara banyak pilihan, aku hanya memberikan kesempatan pada satu orang. Yang menurutku, dia memang bukan terbaik untukku, tapi dia sangat mengerti keadaanku. Aku tahu dia tidak mengharapkanku. Tapi aku tak peduli. Aku sangat ingin menunjukkan bahwa dia baik untukku. Jika mencari yang lebih baik dari dia, tentu saja banyak. Banyak orang baik datang kepadaku. Tapi aku tidak mencari yang terbaik. Aku mencari seseorang yang aku yakini. Aku mencari seseorang yang mengisi hatiku, bukan jantungku. Aku mencari, menunggu datangnya orang itu kembali. Aku tak pernah mencari yang terbaik. Akuu hanya membiarkan waktu membawaku. Tak peduli seberapa sakitnya itu. Tak peduli seberapa jatuhnya itu. Yang aku tahu, aku hanya berusaha untuknya. Untuk seseorang yang baik untukku.. Sekalipun yang terbaik nanti datang kepadaku, aku tak mau, aku hanya ingin yang baik, tak perlu membawa yang terbaik.. Karena aku yakin, inilah yang baik untukku..