Satu detik.
Dua detik.
Aku masih bertopang dagu.
Aku menunggu.
Dan entah menunggu apa.
Sesaat kupejamkan mataku di tengah kedamaian ini.
Dan aku tertidur pulas di pelukan hangat seorang pangeran.
Ralat, mungkin dia hanyalah pangeranku, bukan pangeran bagi orang lain.
Satu detik.
Dua detik.
Aku berada dalam sebuah kehangatan.
Sampai ketika aku membuka mata, semuanya membakar.
Semuanya kacau.
Semuanya chaos.
Semuanya terasa begitu semu.
Kehangatan itu, pangeran itu.
Mungkin hanyalah sebuah mimpi indah.
Ketika aku terbangun, yang ada hanyalah kebencian.
Ungkapan yang menguras otak lemahku saat aku baru saja terbangun.
Aku kembali memikirkan suatu hal yang sangat tidak penting.
Memikirkan seorang pecundang.
Tidak.
Mungkin akulah pecundangnya.
Dan pangeran itu memang benar sirna.
Berganti.
Bukan lagi sebagai seorang pangeran.
29 April 2010
00:27
saat aku kehilangan akalku..
dan kehilangan imajinasiku..
0 comment:
Post a Comment