22 April 2010

Sepi. Taman. Kita.

Aku masih terduduk di bangku taman ini. Sebuah bangku taman emas yang berkilau ketika diterpa sinar matahari. Jauh lebih berkilau daripada seorang lelaki yang duduk di seberangku dan memandangku tajam. Sebuah bangku taman emas di antara hijaunya rerumputan dan semak-semak.

Sepi.

Hanya ada aku dan dia.

Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Hingga tiga ribu detik.

Belum ada satu suara pun terdengar.

Aku masih menunggu. Kulihat bayanganku semakin memapat dan memendek. Tanda matahari sudah tinggi.

Tapi masih tak terjadi apa-apa...

3 comment:

Pandhu Adjisurya said...

matahari, siang..
bulan, dan malam..

ku pilih bulan dan malam.. luna dan nocturno..

Pandhu Adjisurya said...

mari kita terbitkan sayang...kumpulan cerita pendek tentang sbeuah kisah panjang..

dua penulis..
hahahhaa..

tapi inget, mungkin duabelas jam lagi, semua mimpi baru teraih..

carissa devi said...

hahaha.. mari.. mengikuti jejak wulan guritno dan dimitri. hahaa

Post a Comment